Self-Esteem dan Self-Efficacy: Dua Hal Penting dalam Menilai Diri

Self-Esteem dan Self-Efficacy: Dua Hal Penting dalam Menilai Diri
Apa Itu Self-Esteem?
Self-esteem adalah bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri secara keseluruhan. Ini adalah penilaian subjektif yang kita miliki terhadap diri kita sendiri, apakah sebagai individu yang berharga atau tidak. Self-esteem erat kaitannya dengan kebutuhan untuk merasa baik tentang diri sendiri (feel good).
Namun, penting untuk membedakan self-esteem dengan narsisme. Menurut Neff dan Vonk (2009), narsisme adalah kecintaan diri yang berlebihan yang tidak didasarkan pada keyakinan yang realistis, melainkan perasaan superior terhadap orang lain. Hal ini dapat membuat seseorang menjadi arogan dan sulit menerima kritik.
Apa yang Mempengaruhi Self-Esteem?
- Social Relationship: Self-esteem seseorang seringkali dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Ketika seseorang memiliki hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, atau komunitas yang mendukung, ia akan merasa lebih dihargai dan diakui. Pengakuan dari orang lain dapat menjadi sumber penguatan bagi self-esteem seseorang.
- Terror Management Perspective: Konsep ini berkaitan dengan kesadaran bahwa hidup ini tidak abadi. Untuk mengatasi ketakutan akan kefanaan, banyak individu yang berusaha keras mencapai sesuatu yang besar dalam hidup mereka. Mereka ingin memenuhi standar yang dianggap penting oleh masyarakat agar merasa lebih berarti.
Self-Efficacy: Bagian dari Self-Esteem
Self-efficacy adalah salah satu aspek dari self-esteem yang berfokus pada sejauh mana seseorang merasa mampu dan kompeten dalam melakukan sesuatu. Orang dengan self-efficacy tinggi akan cenderung:
- Lebih gigih dalam menghadapi tantangan (persistent).
- Tidak mudah cemas atau depresi.
- Lebih sehat secara mental dan fisik.
- Berprestasi lebih baik secara akademik.
Self-efficacy berbeda dengan self-esteem karena lebih spesifik pada bidang tertentu. Seseorang bisa memiliki self-esteem yang tinggi tetapi tetap merasa kurang percaya diri dalam bidang tertentu jika self-efficacy-nya rendah.
Low vs. High Self-Esteem: Apa Bedanya?
Low Self-Esteem
Seseorang dengan self-esteem rendah cenderung:
- Lebih cemas dan merasa kesepian.
- Kesulitan menikmati hubungan sosial.
- Menganggap segala hal negatif saat mengalami kegagalan.
- Tidak bisa menerima pujian dengan baik, merasa tidak layak mendapat apresiasi.
Orang dengan self-esteem rendah sering kali tidak bisa melihat sisi positif dari pengalaman negatif dan cenderung mengalami lebih banyak masalah emosional.
High Self-Esteem
Sementara itu, seseorang dengan self-esteem tinggi biasanya:
- Mampu menikmati hal-hal positif dalam hidup.
- Termotivasi untuk mencapai tujuan.
- Lebih tahan banting (resilient) dalam menghadapi kesulitan.
- Memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri.
Namun, perlu diingat bahwa self-esteem tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesan, bahkan bisa berdampak negatif. Misalnya, membuat seseorang menjadi terlalu percaya diri hingga meremehkan orang lain.
Kesimpulan
Self-esteem yang sehat adalah keseimbangan antara merasa berharga dan tetap realistis terhadap diri sendiri. Kita tidak perlu menjadi sempurna untuk merasa cukup. Memiliki self-esteem yang baik bukan berarti selalu merasa hebat, tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa menghargai diri sendiri tanpa harus bergantung pada validasi orang lain atau merasa lebih unggul dari mereka.
Penulis: Shabira Azizah