Education & Information

MENCAPAI POTENSI MAKSIMAL DI TEMPAT KERJA: MENGENAL AKTUALISASI DIRI

MICO - SELF ACTUALIZATION

MENCAPAI POTENSI MAKSIMAL DI TEMPAT KERJA: MENGENAL AKTUALISASI DIRI

Penulis: Stefanus Mico Santoso

 

Dalam dunia kerja yang dinamis dan kompetitif, aktualisasi diri menjadi salah satu aspek penting yang mendukung kesejahteraan dan produktivitas individu. Aktualisasi diri, atau realisasi penuh dari potensi diri, mendorong seseorang untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga untuk tumbuh, berkembang, dan memberikan kontribusi yang bermakna dalam pekerjaannya. Ketika individu mampu mengenali dan mewujudkan potensi terbaiknya, mereka cenderung merasa lebih puas, termotivasi, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas serta tanggung jawab profesionalnya. Oleh karena itu, aktualisasi diri tidak hanya berdampak pada perkembangan pribadi, tetapi juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang positif, inovatif, dan berorientasi pada kemajuan bersama.

 

APA ITU AKTUALISASI DIRI

Aktualisasi diri di tempat kerja adalah perasaan pencapaian diri yang dirasakan karyawan ketika mereka berhasil merealisasikan potensi mereka, atau ketika mereka terlibat dalam tugas-tugas yang berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Konsep ini diadopsi dari pemikiran Abraham Maslow, di mana aktualisasi diri dipahami sebagai proses menjadi “diri yang seharusnya bisa kita capai”, yaitu mengembangkan seluruh potensi dan kapasitas pribadi.

Sumber: https://www.logosconsulting.co.id/

 

TIGA KOMPONEN UTAMA AKTUALISASI DIRI DI TEMPAT KERJA

Aktualisasi diri di tempat kerja memiliki tiga komponen utama, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan karena ia menikmatinya dan menganggapnya bermakna, bukan semata-mata karena imbalan atau tekanan dari luar.

Dalam konteks tempat kerja, karyawan yang memiliki motivasi intrinsik:

  • Melakukan tugas karena mereka sungguh-sungguh tertarik atau merasa tertantang, bukan hanya karena disuruh, diberi target, atau ingin bonus.
  • Merasa bangga dan puas setelah menyelesaikan tugas, bahkan tanpa pengakuan dari orang lain.
  • Cenderung memiliki inisiatif yang tinggi, tekun, dan tidak mudah menyerah karena mereka menemukan kesenangan dalam proses bekerja itu sendiri.

Motivasi ini sangat penting dalam aktualisasi diri karena menunjukkan bahwa seseorang bekerja bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi karena pekerjaan itu memberi arti dan kepuasan pribadi. Orang yang termotivasi secara intrinsik lebih mungkin mengalami pertumbuhan diri yang sejati.

2. Makna dalam Pekerjaan (Meaning in Work)

Makna dalam pekerjaan mengacu pada sejauh mana seseorang merasa bahwa apa yang mereka lakukan memiliki tujuan, nilai, dan dampak positif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Karyawan yang menemukan makna dalam pekerjaannya akan:

  • Merasa bahwa pekerjaan mereka selaras dengan nilai-nilai pribadi seperti membantu orang lain, menciptakan perubahan, atau berkontribusi pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya.
  • Merasa lebih puas dan terhubung secara emosional dengan pekerjaan, karena mereka tahu “mengapa” mereka bekerja, bukan hanya “apa” dan “bagaimana”.
  • Lebih mampu bertahan dalam situasi sulit atau tekanan kerja, karena mereka punya alasan pribadi yang kuat untuk terus maju.

Makna dalam pekerjaan adalah bahan bakar emosional dan psikologis bagi aktualisasi diri. Tanpa makna, pekerjaan akan terasa hampa dan hanya menjadi rutinitas tanpa arah.

3. Efikasi Diri dalam Karir (Occupational Self-Efficacy)

Efikasi diri dalam karier adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan, menghadapi tantangan, dan mencapai tujuan kariernya.

Karyawan yang memiliki efikasi diri tinggi:

  • Percaya bahwa mereka mampu belajar hal baru, beradaptasi, dan menyelesaikan masalah dalam pekerjaannya.
  • Lebih berani mengambil inisiatif, mencoba peran baru, atau menghadapi tantangan tanpa takut gagal.
  • Memandang kesulitan sebagai kesempatan untuk tumbuh, bukan ancaman terhadap dirinya.

Efikasi diri merupakan dasar penting dari aktualisasi karena membuat seseorang percaya pada potensi dirinya sendiri. Tanpa rasa percaya diri ini, seseorang akan mudah merasa ragu, minder, dan akhirnya tidak berani berkembang lebih jauh.

 

HAL-HAL YANG MENJADI PENGHAMBAT AKTUALISASI DIRI

Perjalanan untuk mencapai aktualisasi diri di tempat kerja tidaklah mudah, kita pasti akan sering menghapai tantangan-tantangan seperti:

1. Kurangnya Autentisitas (Tidak Bisa Menjadi Diri Sendiri)

Karyawan yang merasa tidak bisa mengekspresikan nilai atau kepribadian aslinya di tempat kerja cenderung terhambat dalam aktualisasi diri. Mereka merasa perlu “memakai topeng” untuk diterima di lingkungan kerja.

2. Lingkungan Kerja yang Kaku dan Tidak Mendukung

Budaya organisasi yang otoriter, minim empati, atau tidak menghargai kontribusi individual dapat menekan motivasi dan kreativitas.

3. Kurangnya Kesempatan untuk Berkembang

Tidak adanya pelatihan, mentoring, promosi, atau tantangan kerja bisa membuat karyawan merasa stagnan dan tidak tumbuh.

4. Tidak Ada Makna dalam Pekerjaan (Lack of Meaning)

Bila pekerjaan terasa mekanis, tidak selaras dengan nilai pribadi, atau tidak memberikan dampak positif, maka semangat untuk aktualisasi menurun.

5. Kurangnya Pengakuan dan Otonomi

Jika kontribusi tidak diakui, dan karyawan tidak diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan, maka rasa percaya diri dan rasa memiliki bisa hilang.

 

HAL-HAL YANG DAPAT MEMBANTU AKTUALISASI DIRI DI TEMPAT KERJA

Meskipun perjalanan untuk mencapai aktualisasi diri tidaklah mudah, bukan berarti hal tersebut mustahil ada beberapa hal yang jika terlaksana dengan baik bisa membantu untuk mencapai aktualisasi diri, seperti:

1. Kebutuhan Psikologis yang Terpenuhi

Setiap orang memiliki kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi agar bisa berkembang secara maksimal. Tiga kebutuhan utama tersebut adalah:

  • Otonomi, yaitu merasa memiliki kendali atas apa yang dilakukan. Ketika seseorang bisa membuat keputusan sendiri dalam pekerjaan atau kegiatan, ia akan merasa lebih percaya diri dan bertanggung jawab.
  • Kompetensi, yaitu merasa mampu dan punya keahlian dalam menyelesaikan tugas. Hal ini penting untuk membangun rasa percaya diri dan semangat untuk mencoba hal-hal baru.
  • Keterhubungan, yaitu merasa dekat dan terhubung secara sosial dengan orang lain. Hubungan yang hangat dengan rekan kerja, teman, atau keluarga membuat seseorang merasa didukung dan tidak sendiri dalam proses tumbuhnya.

Jika ketiga kebutuhan ini terpenuhi, seseorang akan merasa lebih termotivasi, terlibat secara emosional, dan siap untuk mengembangkan potensi dirinya.

2. Dukungan Sosial

Dukungan dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam mengaktualisasikan dirinya. Dukungan ini bisa berupa:

  • Dukungan emosional, seperti didengarkan, dihargai, dan dimengerti.
  • Dukungan praktis, seperti bantuan saat kesulitan menjalankan tugas atau mendapatkan akses ke pelatihan dan bimbingan.

Dukungan dari rekan kerja, atasan, dan teman dapat meningkatkan rasa aman dan keyakinan diri seseorang untuk berkembang. Ketika merasa didukung, seseorang akan lebih mudah mengambil inisiatif dan percaya bahwa usahanya bernilai.

3. Bisa Menjadi Diri Sendiri (Autentisitas)

Aktualisasi diri hanya bisa tercapai jika seseorang merasa bisa jujur dan terbuka terhadap dirinya sendiri di lingkungan tempat ia berada. Ini berarti:

  • Tidak merasa perlu berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk diterima.
  • Bisa mengekspresikan nilai, kepercayaan, dan karakter pribadinya tanpa takut dihakimi.

Ketika seseorang bisa menjadi dirinya sendiri, ia akan merasa lebih nyaman, tidak terbebani, dan dapat mengarahkan energinya untuk berkembang dan berkontribusi secara maksimal.

4. Kesempatan untuk Belajar dan Berkembang

Setiap orang membutuhkan ruang untuk tumbuh dan mengembangkan diri. Ini bisa diwujudkan melalui:

  • Pelatihan atau pembelajaran yang sesuai dengan minat dan potensi.
  • Tantangan kerja atau tanggung jawab baru yang membuat individu terus belajar.
  • Dukungan untuk mencoba ide atau proyek baru.
  • Apresiasi atas pencapaian dan usaha yang dilakukan.

Ketika seseorang merasa bahwa dirinya terus berkembang, ia akan lebih percaya diri, bersemangat, dan merasa bahwa hidupnya punya arah dan tujuan.

5. Lingkungan yang Positif dan Inklusif

Lingkungan yang sehat sangat mendukung proses aktualisasi diri. Ciri-cirinya antara lain:

  • Mendorong kebebasan berpendapat dan menghargai perbedaan.
  • Tidak mendominasi atau mengendalikan secara berlebihan.
  • Menghargai kerja sama, bukan hanya menilai dari hasil semata.
  • Memberikan ruang bagi setiap orang untuk berkontribusi dan berkembang.

Lingkungan seperti ini membuat seseorang merasa aman secara psikologis, tidak takut salah, dan bebas untuk menunjukkan potensi terbaiknya.

 

KESIMPULAN

Aktualisasi diri merupakan proses penting yang memungkinkan individu mencapai potensi terbaiknya, terutama dalam lingkungan kerja yang dinamis dan kompetitif. Ketika karyawan merasa mampu menjadi diri sendiri, memiliki makna dalam pekerjaannya, dan didukung untuk terus berkembang, mereka tidak hanya akan lebih produktif, tetapi juga lebih sejahtera secara psikologis.

Namun, proses ini bisa terhambat oleh berbagai faktor seperti lingkungan kerja yang kaku, kurangnya otonomi, tidak adanya pengakuan, atau minimnya kesempatan untuk belajar. Untuk itu, peran organisasi sangatlah penting dalam menciptakan ruang kerja yang mendukung pertumbuhan individu, baik secara profesional maupun personal.

Dengan memenuhi kebutuhan psikologis dasar, menyediakan dukungan sosial, membangun budaya kerja yang terbuka, serta memberi ruang bagi karyawan untuk belajar dan berkontribusi, perusahaan tidak hanya membantu karyawannya berkembang, tetapi juga mendorong terciptanya budaya kerja yang positif, kolaboratif, dan berkelanjutan. Aktualisasi diri bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang menciptakan tempat kerja yang lebih manusiawi dan bermakna bagi semua.

 

REFERENSI

  1. Maunz, L. A., & Glaser, J. (2022). Does being authentic promote self-actualization at work? Examining the links between Work-Related Resources, Authenticity at Work, and occupational self-actualization. Journal of Business and Psychology, 38(2), 347–367.
    https://doi.org/10.1007/s10869-022-09815-1
  2. Bulut, S. S. (2018). Obstacles to Self-actualization of College Students-The Case of Gazi Faculty of Education. Universal Journal of Educational Research, 6(10), 2271–2279.
    https://doi.org/10.13189/ujer.2018.061026
  3. Schoofs, L., Hornung, S., & Glaser, J. (2022). Prospective effects of social support on self-actualization at work – The mediating role of basic psychological need fulfillment. Acta Psychologica, 228, 103649. https://doi.org/10.1016/j.actpsy.2022.103649