MERASA STRES ATAU BURNOUT? HATI-HATI DENGAN SELF-DIAGNOSIS

MERASA STRES ATAU BURNOUT? HATI-HATI DENGAN SELF-DIAGNOSIS
Penulis: Stefanus Mico Santoso
Kita sekarang sedang berada di era digital yang serba cepat dan penuh informasi, semakin banyak individu yang berupaya memahami kondisi psikologis mereka melalui internet. Meskipun hal ini bagus karena makin banyak orang yang menjadi sadar akan pentingnya kesehatan mental, disisi lain fenomena ini memunculkan banyak orang-orang yang melakukan self-diagnosis atau mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan profesional. Meskipun tampak sebagai langkah awal yang bagus untuk mengenal diri, self-diagnosis dalam ranah kesehatan mental memiliki risiko yang tidak bisa diabaikan. Tanpa pengetahuan yang cukup dan bimbingan ahli, individu dapat salah mengartikan gejala yang dirasakan, bahkan hingga memperburuk kondisi psikologisnya sekarang. Artikel ini akan membahas tentang bahaya-bahaya self-diagnosis dalam konteks kesehatan mental serta hal apa yang sebaiknya dilakukan ketika kita merasa memiliki masalah mental.
APA ITU SELF DIAGNOSIS
Self-diagnosis adalah perilaku di mana individu mendiagnosis dirinya sendiri mengalami suatu penyakit atau gangguan mental berdasarkan gejala yang dirasakan, tanpa adanya konfirmasi dari tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater. Self diagnosis biasanya dilakukan ketika seseorang mencari informasi dari sumber-sumber seperti artikel online, video tentang kesehatan mental di media sosial, atau mencocokkan gejala yang mereka alami dengan deskripsi gangguan mental tertentu. Self diagnosis bisa sangat beresiko karena individu tidak memiliki pengetahuan dan yang dimiliki oleh profesional kesehatan mental.
BAHAYA DARI SELF DIAGNOSIS
1. Kecemasan Berlebihan (Excessive Anxiety)
Individu bisa merasa cemas secara berlebihan terhadap gejala yang dirasakannya, bahkan merasa takut bahwa diagnosis yang dibuat sendiri akan menjadi kenyataan, meskipun tidak ada konfirmasi dari profesional.
2. Kesalahan dalam Memahami dan Menyimpulkan Gejala
Individu bisa salah mengartikan gejala ringan sebagai tanda gangguan serius, karena informasi yang digunakan tidak selalu tepat atau valid.
3. Salah Penanganan (Mismanagement)
Karena tidak mendapatkan diagnosis yang akurat, individu mungkin akan mengambil tindakan yang tidak tepat untuk menangani masalahnya, termasuk penggunaan obat sendiri atau menghindari bantuan profesional.
4. Stres dan Distres Emosional
Proses self-diagnosis sering kali melelahkan secara emosional dan menguras energi karena individu terus-menerus memikirkan atau mencocokkan gejala yang dialami.
5. Terjebak dalam Self-Fulfilling Prophecy
Ketika individu percaya bahwa dirinya memiliki gangguan tertentu, keyakinan itu dapat mempengaruhi perilaku dan cara berpikirnya, sehingga lama-lama ia menunjukkan gejala tersebut.
6. Gangguan dalam Bersosialisasi
Self-diagnosis dapat menimbulkan gangguan dalam hubungan sosial, seperti menarik diri dari lingkungan sosial, memaksakan optimisme, atau bahkan mendapat penilaian negatif dari orang lain.
7. Perilaku Tidak Sehat
Beberapa individu mulai merokok, makan berlebihan, atau minum alkohol sebagai cara untuk meredakan stres yang muncul akibat self-diagnosis.
8. Gangguan Kognitif dan Akademik
Kesulitan fokus, rasa bingung apakah dirinya benar-benar memiliki gangguan atau tidak, dan munculnya perasaan tidak berdaya dapat mengganggu performa akademik atau pekerjaan.
HAL YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN
1. Gunakan Self-Assessment sebagai Sinyal Awal, bukan Kesimpulan Akhir
Jika merasa memiliki gejala gangguan mental, jadikan itu sebagai bahan refleksi awal, lalu lanjutkan dengan konsultasi ke profesional (psikolog/psikiater).
2. Gunakan Sumber Informasi Terpercaya
Jika ingin mencari informasi sendiri, gunakan website resmi seperti WHO, Kemenkes RI, atau organisasi kesehatan mental yang kredibel dan berbasis bukti.
3. Ikut Serta dalam Edukasi Kesehatan Mental
Mengikuti seminar, pelatihan, atau kampanye kesadaran dapat meningkatkan pemahaman yang benar mengenai gejala dan penanganannya.
4. Gunakan Media Sosial dengan Bijak
Meskipun media sosial dapat membantu dalam mengenali isu kesehatan mental, hindari menjadikan konten online sebagai pengganti diagnosis medis. Gunakan informasi hanya dari sumber yang kredibel dan ilmiah.
5. Bangun Sistem Dukungan Sosial yang Sehat
Ceritakan perasaanmu kepada orang yang dipercaya dan terbuka untuk menerima bantuan, baik dari teman, keluarga, maupun komunitas profesional.
KESIMPULAN
Self-diagnosis adalah fenomena yang semakin sering di era digital ini. Di satu sisi, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental adalah hal yang bagus. Namun, di sisi lain, kecenderungan untuk mendiagnosis diri sendiri tanpa bimbingan profesional juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, mulai dari kecemasan berlebihan, salah penanganan, hingga gangguan dalam kehidupan sosial dan akademik. Ketika seseorang hanya mengandalkan informasi dari internet atau media sosial, risiko salah tafsir terhadap gejala dan pengambilan keputusan yang tidak tepat menjadi sangat tinggi.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk bersikap bijak dalam menyikapi informasi yang ditemukan secara daring. Daripada melakukan self-diagnosis, langkah yang lebih aman dan tepat adalah dengan berkonsultasi kepada profesional kesehatan mental, menggunakan sumber informasi yang kredibel, serta membangun lingkungan sosial yang suportif. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga kesehatan mental diri sendiri, tetapi juga turut menciptakan masyarakat yang lebih peduli dan paham akan pentingnya penanganan psikologis yang tepat.
REFERENSI
- Sukmawati, D., Yusuf, S., & Nadhirah, N. (2023). The Phenomenon of Self-Diagnosis of Mental Health in the era of Mental Health Literacy. Journal of Education and Counseling (JECO), 48–63. https://doi.org/10.32627/jeco.vi.902
- Quijano, N. D., Naval, A. J., & Ignacio, D. (2024). Perspectives of Mental health professionals on Self-Diagnosis and Romanticization of Mental Illnesses. Journal of Interdisciplinary Perspectives, 2(4). https://doi.org/10.69569/jip.2024.0051
- Rutter, L. A., Howard, J., Lakhan, P., Valdez, D., Bollen, J., & Lorenzo-Luaces, L. (2022). “I haven’t been diagnosed, but I should Be”—Insight into Self-diagnoses of common Mental Health Disorders: Cross-sectional study. JMIR Formative Research, 7, e39206. https://doi.org/10.2196/39206