DARI AKTUALISASI DIRI MENUJU KONTRIBUSI SOSIAL: MENGENAL SELF-TRANSCENDENCE

DARI AKTUALISASI DIRI MENUJU KONTRIBUSI SOSIAL: MENGENAL SELF-TRANSCENDENCE
Penulis: Stefanus Mico Santoso
Di tengah dunia yang sekarang ini makin individualistis dan kompetitif, kita sering diajarkan untuk mengejar impian pribadi, pencapaian karir, dan kepuasan batin sebagai tolak ukur seberapa berhasilnya kita. Namun, banyak orang justru merasa paling hidup bukan saat mereka mencapai sesuatu untuk diri sendiri, melainkan ketika mereka memberi sesuatu untuk orang lain. Seorang perawat yang memilih lembur demi merawat pasien kritis, seorang guru desa yang bertahan mengajar meski tanpa gaji penuh, atau seorang karyawan yang menyumbangkan waktunya untuk membimbing junior di timnya, semua menunjukkan satu hal: bahwa kebahagiaan dan makna terdalam sering kali hadir saat kita melampaui diri sendiri.
Self-transcendence adalah pergeseran fokus dari “aku” menuju perhatian dan kepedulian terhadap orang lain, tujuan yang lebih besar, atau nilai-nilai universal. Self-transcendence merupakan keadaan psikologis ketika seseorang melampaui kebutuhan ego pribadinya dan mengarahkan hidupnya untuk melayani, mencintai, dan memperjuangkan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri baik itu keluarga, masyarakat, nilai, atau bahkan kemanusiaan.
JALAN MENUJU SELF-TRANSCENDENCE
Lalu, bagaimana caranya kita bisa sampai ke tahap ini? Worth & Smith (2021) dalam jurnalnya menyebutkan lima jalur untuk mencapai self-transcendence:
- Melalui Kemanusiaan: Saat kita menyadari bahwa menjadi manusia berarti punya tanggung jawab terhadap sesama.
- Melalui Makna Hidup: Menurut Viktor Frankl, bahkan penderitaan bisa memberi makna jika kita tahu untuk siapa dan untuk apa kita bertahan.
- Melalui Aktualisasi Diri: Ketika kita telah berkembang sepenuhnya, kita pun ingin membantu orang lain ikut tumbuh.
- Melalui Flow: Kamu pernah begitu larut dalam pekerjaan bermakna hingga lupa waktu? Itu salah satu bentuk transendensi.
- Melalui Perjalanan Hidup: Semakin bertambah usia dan pengalaman, kita mulai merenung dan lebih terbuka pada hal-hal yang spiritual dan sosial.
SELF-TRANSCENDENCE DALAM DUNIA AKTIVIS
Dalam jurnal Barton & Hart (2023), mereka mewawancarai beberapa aktivis sosial dari berbagai latar belakang dalam penelitian ini mereka menemukan bahwa mereka tidak sekadar “membela isu”. Mereka juga:
- Merasa terhubung dengan kekuatan atau nilai yang lebih besar.
- Sadar penuh siapa mereka dan dari mana luka batin mereka berasal.
- Peka terhadap penderitaan sosial.
- Tidak haus pengakuan pribadi.
- Dan yang paling penting: mereka melayani dengan tulus.
Selain itu , para peneliti menemukan bahwa perjalanan para aktivis ini punya pola-pola yang kurang lebih sama satu dengan yang lain:
- Trigger – Ada pengalaman yang menggugah hati mereka.
- Activate – Muncul empati, lalu tekad.
- Maintain – Mereka dikuatkan oleh komunitas dan perawatan diri.
- Sustain – Lalu menularkan semangat dan nilai ke generasi berikutnya.

BAGAIMANA CARA KITA MENCAPAI SELF-TRANSCENDENCE?
Menurut Kitson et al. (2020), Self Transcendence itu bisa dilatih, cara yang bisa dilakukan adalah:
- Luangkan waktu untuk refleksi. Tanya kepada diri kita masing-masing apa tujuan hidup kita.
- Ikut kegiatan sosial. Tidak harus yang besar, yang penting kita tulus dan ikhlas menjalaninya.
- Mencoba melihat suatu peristiwa dari beberapa perspektif sehingga kita bisa lebih mudah menghadapi peristiwa yang sulit.
- Coba praktik mindfulness, meditasi, atau sekadar duduk tenang.
- Bangun relasi yang tulus dengan orang-orang di sekitar kita.
PENUTUP
Self-transcendence mengajarkan kita bahwa makna terdalam dalam hidup tidak hanya ditemukan saat kita mengejar sesuatu untuk diri sendiri, tetapi saat kita memberi, melayani, dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Ini adalah bentuk pertumbuhan tertinggi yang bisa membawa kita pada kedamaian, kebijaksanaan, dan kebahagiaan yang tidak mudah digoyahkan.
Self-transcendence bukan cuma ide besar di buku psikologi. Ia adalah sesuatu yang bisa kamu rasakan, saat kamu memberi waktu untuk mendengarkan, saat kamu mendoakan orang lain, saat kamu merasa bagian dari dunia ini.
Jadi, jika kamu sudah merasa aktualisasi diri itu bagus, maka cobalah naik satu tangga lagi. Temukan kebahagiaan dan makna yang lebih dalam. Karena sejatinya, kita tumbuh bukan hanya dengan mengambil, tapi juga dengan memberi.
REFERENSI
- Barton, G., & Hart, C. (2023). The experience of self-transcendence in social activists. Behavioral Sciences, 13(1), 66. https://doi.org/10.3390/behavsci13010066.
- Kitson, A., Chirico, A., Gaggioli, A., & Riecke, B. E. (2020). A review on research and evaluation methods for investigating self-transcendence. Frontiers in Psychology, 11, 547687. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.547687.
- Worth, P., & Smith, M. D. (2021). Clearing the pathways to self-transcendence. Frontiers in Psychology, 12, 648381. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.648381.